Teknik Interogasi Untuk Meningkatkan Ingatan Terduga/Saksi - Cognitive Interview

 

Ara-genriset.com - Halo teman-teman semua, apa kabar?, semoga hari kalian baik dan tetap semangat untuk menjalankan aktivitas, 3 minggu lebih saya tidak membuat artikel rasanya ada yang kurang dalam hidup saya ehehe, dan alhamdulilah dikasih kesempatan dan waktu yang longgar untuk menulis lagi.


Pada artikel kali ini kita akan membahas sebuah teknik wawancara yang cukup sering dipakai oleh penyidik ketika akan mengungkap sebuah kasus, tapi bedanya teknik wawancara satu ini tidak perlu bertanya ke lebih spesifik, teman-teman pasti sudah bisa menebaknya, yaa benar, teknik cognitive interview atau teknik wawancara kognitif.


Baca juga : Mengenali Psikologis Orang Berbohong Terhadap Suatu Tindak Kejahatan - Part 1

Baca juga : Mengenali Psikologis Orang Berbohong Terhadap Suatu Tindak Kejahatan - Part 2


Memperoleh keterangan saksi yang cukup detail terhadap suatu kejadian memang menjadi tantangan bagi para penyidik. Teknik mengulangi pertanyaan biasanya berhasil agar saksi dapat menambahkan informasi yang mungkin terlewat sebelumnya. Namun bagaimana jika informasi dari saksi tidak bertambah? (macet)


Hal tersebut tentunya bukan merupakan kesalahan penyidik, namun memang ketidakmampuan saksi untuk mengingatnya.


Kesulitan penyidik dalam menggali informasi terhadap saksi membuat teknik hipnosis dulu pernah digunakan dalam proses interogasi. Namun, banyak yang meragukan/skeptis pada metode hipnosis, karena metode ini dianggap  membuat buram informasi, karena penghipnotis mempunyai kemungkinan untuk mengarahkan/menggiring fakta yang akan diucapkan.


Penggunaan metode hipnosis memberikan banyak kemungkinan keterangan saksi dapat didiskualifikasi (dikeluarkan) pada waktu proses pengadilan. 


COGNITIVE INTERVIEW


Cognitive interview  merupakan teknik yang digunakan untuk meningkatkan ingatan saksi. Teknik ini telah berhasil diteliti dan menunjukan peningkatan kuantitas informasi yang diperoleh, dan juga tidak membahayakan faktor kredibilitas saksi di pengadilan.


Cognitive interview meliput:

  • Mengembalikan konteks peristiwa kejadian.
  • Mengingat peristiwa dalam urutan yang berbeda.
  • Melihat peristiwa dari perspektif/sudut pandang yang berbeda.

1. MEMBALIKKAN KONTEKS PERISTIWA


Pada konteks ini penyidik berusaha untuk meminta saksi menghidupkan kembali mental peristiwa yang terjadi baik sebelum, selama, dan sesudah  kejadian, dengan membangun kembali lingkungan, latar, suasana, dan pengalaman pada saat kejadian.


Jangan langsung meminta saksi mengingat kejadian ditempat perkara, namun dimulai dengan meminta saksi menceritakan bagaimana harinya dimulai/aktivitasnya pada hari kejadian dan tanyakan secara rinci.


Contoh: Tanyakan jam berapa dia bangun, bagaimana kondisinya lingkungan kamarnya, apakah ada hewan peliharaan, siapa saja yang tinggal didalam rumah, siapa yang biasa bangun paling awal, bagaimana caranya dia menyiapkan  sarapan, berangkat kerja pukul berapa, bagaimana caranya menuju tempat kerja, siapa saja yang dia ketemui selama  perjalanan, mampir dimana saja sebelum sampai lokasi perkara, bagaimana keadaaan cuaca pada saat dia berangkat kerja, apakah ada persoalan dengan lingkungan kerja, dan seterusnya hingga merujuk ke waktu, kejadian dan setelah kejadian.


Dengan pertanyaan tersebut, saksi dapat mengingat kembali kemudian menceritakan bagaimana lingkungan, suasana hati, keadaan sekitar, dan pengalamannya termasuk pada saat kejadian perkara secara lebih detail.


2. MENGINGAT PERISTIWA DALAM URUTAN YANG BERBEDA


Menggali cerita berdasarkan rentetan kronologis memiliki kelemehan, yakni adanya kemungkinan saksi/terduga hanya menceritakan apa yang menurutnya penting pada saat itu, sehingga ada kemungkinan informasi berharga yang vital untuk membuat terang suatu perkara  malah dihilangkan oleh saksi/terduga.


Solusinya adalah dengan mengubah urutan mengingat, sehingga mendorong saksi untuk melihat setiap tahap peristiwa sebagai suatu entity yang terpisah. Maka saksi akan merasa sulit untuk "merekayasa" atau "memperindah" cerita.



3. MENGUBAH SUDUT PANDANG


Seorang terduga/saksi mengalami suatu peristiwa hanya sekali, namun dia mungkin melihatnya dari berbagai pandangan. Recall/panggil kembali ingatannya pada cerita versi pertama, biasanya saksi menceritakan dari sudut pandang  pribadi dan jarang menyimpang dari itu.


Penyidik dapat mengubah perspektif saksi dengan memintanya untuk mempertimbangkan pandangan saksi lain, atau korban, atau juga objek sekitar yang ada dilokasi kejadian.


Contoh: (Kasus Pembunuhan di Rumah Atasan)


Penyidik : Apakah anda tahu, jika terdapat CCTV dilokasi kejadian, namun sayangnya pada saat itu hardisk penyimpanan sedang bermasalah, sehingga tidak dapat menyimpan rekaman kejadian.


Penyidik (lanjut bertanya dengan relax dan memberi kesan bercanda) : Saya penasaran, jika CCTV pada saat itu dapat menyimpan rekaman, kira-kira apa saja peristiwa direkamnya?


Teknik ini tidak hanya memberikan kesempatan untuk membuat saksi menceritakan kejadian dengan sudut pandang berbeda namun juga dapat meredakan trauma situasi.


Demikian pembahasan dan contoh sedikit tentang teknik Cognitive Interview pada perspektif menungkap fakta kejadian dalam tindak kejahatan, semoga dapat bermanfaat bagi teman-teman semua.


Temukan artikel atau berita tentang keamanan siber lainnya disini, Bagikan artikel ini jika dirasa perlu, ikuti kami di Blogger dan LinkedIn, terima kasih.

Postingan Komentar

Lebih baru Lebih lama