Mengenali Psikologis Orang Berbohong Terhadap Suatu Tindak Kejahatan - Part 2


Ara-genriset.com - Pada artikel kali ini kita akan melanjutkan pembahasan tentang trik psikologis untuk mengungkap suatu tindak kejahatan, pada part 1, kita telah mencoba menggunakan dua metode untuk mengenali dan memancing terduga agar dapat menceritakan kejadian sebenarnya dengan beberapa trik. 


Pada part 2 ini, terdapat dua metode lanjutan yang perlu dibahas untuk menyempurnakan keseluruhannya.


Baca juga : Mengenali Psikologis Orang Berbohong Terhadap Suatu Tindak Kejahatan - Part 1

 

Dari banyaknya kasus interogasi, rata-rata tidak jarang pula para terduga yang melakukan tindak kejahatan mencoba untuk melakukan kebohongan agar kejahatannya tertutupi, pastinya membuat peneliti maupun praktisi yang berpengalaman dibidang ini akan mempelajari dan menemukan pola dari terduga dalam menjawab pertanyaan, mulai dari segi tujuan yang ingin dicapai oleh terduga saat interogasi, cara menghindari pertanyaan, cara mencoba lepas dengan segera dari situasi interogasi, dan parameter lainnya. 


Orang yang tidak tidak bersalah cenderung tidak peduli dengan bagaimana interogator akan menilai dan menafsirkan jawaban mereka. Namun berbeda dengan orang yang bersalah, akan ada banyak pertimbangan terhadap jawaban dan efek dari jawabannya terhadap diri sendiri.


Disini kami mencoba menyematkan kata "DIRI" dari kalimat terakhir di paragraf sebelumnya. Sebab orang bersalah ataupun berbohong akan cenderung fokus terhadap bagaimana cara "menyelamatkan" dirinya pada saat diinterogasi. 


Baca juga : Intelijen Dimata Kaisar Prancis (Napoleon Bonaparte)


Contoh: Terdapat kasus kematian yang disebabkan karena diracun, korbannya adalah seorang mahasiswi, terjadi didalam asrama putri. Pada hari kejadian, dikonfirmasi terdapat 15 orang yang ada di lingkungan asrama. Terdiri dari 10 orang mahasiswi (termasuk korban) dan 3 orang pembina dan 2 orang pengurus asrama. Kemudian seluruh penghuni asrama dimintai keterangan sebagai saksi di lingkungan tkp (tempat kejadian perkara).


Pelaku cenderung jarang membicarakan kasus yang terjadi kepada orang-orang terdekatnya, termasuk ke teman-temannya. Dimana saksi lain akan fokus terhadap alur kasus dan berusaha mengingat mengenai hal-hal yang berhubungan dengan korban sebelum kejadian ataupun paska kejadian, namun pelakunya akan fokus terhadap dirinya sendiri untuk membangun alibi.


Seperti yang kita ketahui Alibi yang berarti tempat lain. Pengertiannya, alibi merupakan suatu keterangan yang memberi pernyataan bahwa seseorang sedang ada di tempat lain saat suatu peristiwa sedang terjadi. (membelokan perkara).


Pertanyaan Kunci


Introgator: "Setelah tinggal di asrama tersebut selama hampir 2 tahun terakhir, sebagai teman korban, kira-kira orang yang seperti apa yang dapat melakukan hal seperti ini? dan hukuman apa yang setimpal untuk orang yang terbukti bersalah terhadap kasus ini nantinya"?.


Perlu kita perhatikan bahwa, orang yang tidak bersalah cenderung sulit untuk memberikan tanggapan yang mengarah "meminimalkan jerat hukum" sipelaku nantinya. Jika sebaliknya, maka adalah ciri dari orang yang melakukan (bersalah). Pola dari jawaban orang yang bersalah pada pertanyaan ini adalah tidak adanya penyebutan motif kriminal ataupun hukuman seperti:

  • Mungkin pelakunya terpaksa
  • Mungkin pelakunya lagi ada masalah dan butuh bantuan psikolog
  • Mungkin pelaku harus meminta maaf ke keluarga korban
  • Mungkin pelaku sudah tidak akan pernah bisa punya teman lagi setelah kasus ini.
Dari pola jawaban diatas, kita dapat melihat bahwa ada upaya dari orang yang bersalah yang mengarah ataupun yang bermotif untuk meringankan hukuman. 


3. Mengenal Pola Terhadap Cara Orang yang Tidak Jujur Menjawab Pertanyaan


Pembohong yang handal tentunya akan berupaya untuk memberikan keterangan sedekat mungkin dengan kebenaran, karena mereka menganggap dengan cara ini kebohongannya akan menjadi sulit diketahui.


4. Adanya Upaya yang Cenderung Berlebihan Untuk Meyakinkan Ucapannya


Seperti yang kita ketahui pada point sebelumnya, bahwa orang yang berbohong cenderung fokus melindungi dirinya, salah satu yahgn mencerminkan hal tersebut adalah caranya dalam menanggapi pertanyaan dengan berusaha meyakinkan introgator bahwa dia tidak bersalah, dan ini dilakukan secara berlebihan. Misalnya:


Introgator: "Apakah anda yakin tidak terlibat meracuni korban?. 


Orang yang tidak berbohong akan menjawab sesuai tujuan dari pertanyaan ("tidak!","enggalahh", dsb), namun pada orang yang berpotensi berbohong akan menambahkan banyak informasi dan alasan kenapa dia tidak perlu melakukan kejahatan tersebut yang bahkan belum ditanyakan oleh introgator ("Saya bukan pembunuh, untuk apa saya melakukan itu, saya sama hewan saja tidak tega, lagian saya juga tidak tahu bagaimana cara meracuni orang") ataupun bisa juga tidak merespon introgator sama sekali.


Pada intinya perlu kebijakan dan kecermatan dari kita untuk membongkar itu semua, banyak parameter yang harus kita perdalam agar penyelidikan berjalan lancar dan memberikan keadilan bagi korban tindak kejahatan. 


Satu lagi, bahwa tips dan cara diatas dan diartikel sebelumnya untuk mengenali kebohongan pada suatu tindak kejahatan ini harus disesuaikan dengan situasi pada saat interogasi, latarbelakangnya, dan fakta kasus.


Temukan artikel atau berita tentang keamanan siber lainnya disini, Bagikan artikel ini jika dirasa perlu, ikuti kami di Blogger dan LinkedIn, terima kasih.

Postingan Komentar

Lebih baru Lebih lama