Vaksin Moderna (Dibalik Hitam dan Putih)

 

Ara-Gen - Sampai lagi kita ke dalam artikel yang membahas sebuah merk vaksin dari sisi hitam dan putih, jika sebelumnya penulis sudah membahas beberapa macam vaksin dalam dua sisi ini, yaitu ada vaksin Pfirzer, Vaksin Sinopharm, dan Vaksin Sinovac.


Baca juga : Vaksin Sinopharm (Dibalik Hitam dan Putih)


Sebelum menuju ke pembahasan inti, ada baiknya kita mengenal terlebih dahulu, apa sih itu Vaksin Moderna, Dibuat oleh negara mana, dan isi kandungannya dan tingkat keampuhannya seperti apa, mari kita simak.


Vaksin COVID-19 Moderna atau mRNA-1273 adalah sebuah vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh National Institute of Allergy and Infectious Diseases, Biomedical Advanced Research and Development Authority, dan Moderna. Vaksin tersebut dipakaikan melalui suntikan intraotot.


Melansir dari situs resmi Organsasi Kesehatan Dunia (WHO), WHO menjawab beberapa pertanyaan yang secara umum banyak sekali dipertanyakan, berikut ulasannya.


Apakah Aman?


Pada 30 April, WHO mendaftarkan vaksin Moderna untuk penggunaan darurat. Daftar Penggunaan Darurat (EUL) WHO menilai kualitas, keamanan, dan kemanjuran vaksin COVID-19 dan merupakan prasyarat untuk pasokan vaksin Fasilitas COVAX.


EMA telah menilai secara menyeluruh data tentang kualitas, keamanan, dan kemanjuran vaksin Moderna COVID-19 dan mengizinkan penggunaannya di seluruh Uni Eropa.


Baca juga : Vaksin Pfizer (Dibalik Hitam dan Putih)


SAGE merekomendasikan agar semua vaksin diamati setidaknya selama 15 menit setelah vaksinasi. Mereka yang mengalami reaksi alergi parah langsung pada dosis pertama tidak boleh menerima dosis tambahan.


Penilaian keamanan jangka panjang melibatkan tindak lanjut lanjutan dari peserta uji klinis, serta studi khusus dan pengawasan lanjutan dari efek sekunder atau efek samping dari mereka yang divaksinasi dalam peluncuran.


Komite Penasihat Global untuk Keamanan Vaksin, sekelompok ahli yang memberikan panduan independen dan otoritatif kepada WHO tentang topik penggunaan vaksin yang aman, menerima dan menilai laporan tentang kejadian keamanan yang diduga berpotensi berdampak internasional.


Berapa Dosis yang dianjurkan ? 


SAGE merekomendasikan penggunaan vaksin Moderna mRNA-1273 pada jadwal dua dosis (100 g, 0,5 ml masing-masing) 28 hari terpisah. Jika perlu, interval antara dosis dapat diperpanjang hingga 42 hari.


Penelitian telah menunjukkan dampak kesehatan masyarakat yang tinggi di mana intervalnya lebih lama dari yang direkomendasikan oleh EUL. Oleh karena itu, negara-negara yang menghadapi insiden tinggi COVID-19 yang dikombinasikan dengan kendala pasokan vaksin yang parah dapat mempertimbangkan untuk menunda dosis kedua hingga 12 minggu untuk mencapai cakupan dosis pertama yang lebih tinggi pada populasi prioritas tinggi.


Baca juga : Vaksin Sinovac (Dibalik Hitam dan Putih)


Seberapa manjur vaksin itu?


Vaksin Moderna telah terbukti memiliki kemanjuran sekitar 94,1 persen dalam melindungi dari COVID-19, mulai 14 hari setelah dosis pertama.


Kepatuhan dengan jadwal lengkap dianjurkan dan produk yang sama harus digunakan untuk kedua dosis.


Apa isi didalamnya ? 


Melansir dari situs resmi CNBS Indonesia, Lantas apa kandungan vaksin Moderna yang manjur untuk pasien Covid-19? Vaksin yang sedang dikembangkan oleh Moderna diberi nama mRNA-1237. Vaksin ini akan melakukan uji klinis fase tiga pada 27 Juli 2020.


Vaksin Moderna menggunakan suatu molekul messenger RNA yang mengkode protein virus corona bernama spike dikombinasikan dengan sistem penghantaran obat menggunakan nanopartikel dari suatu jenis lemak tertentu.


Moderna menggunakan suatu jenis lemak khusus berukuran nano untuk 'membungkus' gen pengkode protein spike tersebut.  Harapannya, ketika vaksin ini diberikan kepada pasien antibodi penawar akan segera diproduksi oleh tubuh untuk melawan serangan atau invasi virus corona jenis baru ini.


Protein spike merupakan suatu protein di permukaan virus yang bentuknya seperti tonjolan sehingga membuat penampakan virus corona seperti mahkota. Menurut Rane, dkk (2020) protein ini memiliki peranan untuk membawa masuk virus ke dalam sel inang. 


Mengetahui peranannya dalam mekanisme infeksi virus, protein ini oleh para ilmuwan digunakan sebagai antigen untuk memancing respons imun inang guna menghasilkan antibodi penetralnya.


Berlanjut ke sisi hitamnya, baru-baru ini muncul beberapa kasus tentang vaksin ini, diantaranya efek samping yang dinilai langka pada jantung, dan sempat beredar bahwa Vaksin Moderna ada kandungan babinya dan berita terkini menyebut bahwa vaksin ini disetop sementara oleh sejumlah negara lantaran Miokarditis.


Mengutip dari Detik.com, tentang berita yang pertama terkait efek samping langka terhadap jantung.


Badan Kesehatan Publik Swedia pada hari Rabu (6/10) waktu setempat merekomendasikan penghentian sementara penggunaan vaksin COVID-19 buatan Moderna di kalangan orang dewasa muda, dengan alasan kekhawatiran akan efek samping yang jarang terjadi pada jantung.


Negara-negara tetangga Swedia, Norwegia dan Denmark juga menegaskan kembali bahwa vaksin Moderna tidak direkomendasikan untuk anak di bawah 18 tahun.


Badan kesehatan Swedia tersebut mengatakan penangguhan itu menyangkut siapa pun yang lahir setelah tahun 1991. Penghentian sementara ini akan berlaku hingga 1 Desember mendatang. Badan kesehatan Swedia itu menyatakan telah menerima bukti peningkatan risiko efek samping seperti radang otot jantung (miokarditis) dan radang perikardium (perikarditis).


Menurut badan tersebut, risiko tampaknya terutama terkait dengan dosis kedua vaksin Moderna dan lebih umum di kalangan pria dan anak laki-laki, dan dalam minggu-minggu setelah suntikan kedua.


Dan topik hangat selanjutnya mengenai Vaksin Moderna ialah, Swedia dan Denmark baru-baru ini menyetop penggunaan vaksin Moderna untuk kelompok usia dewasa muda. Hal ini dilakukan usai meninjau laporan efek samping kardiovaskular langka yang tercatat di beberapa kasus.


Dikutip dari Reuters, Badan Kesehatan Swedia mengatakan akan berhenti menggunakan vaksin Moderna untuk warga yang lahir pada tahun 1991, karena data menunjukkan peningkatan miokarditis dan perikarditis di kalangan remaja dan dewasa muda yang telah divaksinasi.


Kondisi tersebut melibatkan peradangan pada jantung atau lapisannya.


"Hubungannya sangat jelas ketika menyangkut vaksin Spikevax Moderna, terutama setelah dosis kedua," kata badan kesehatan itu, sembari menambahkan risiko terkena sangat kecil.


Juru bicara Moderna dalam sebuah email menyatakan perusahaan mengetahui keputusan regulator di Denmark dan Swedia untuk menghentikan penggunaan vaksin COVID-18 mereka pada individu yang lebih muda karena risiko miokarditis dan atau perikarditis yang jarang terjadi.


"Ini biasanya kasus ringan dan individu cenderung pulih dalam waktu singkat setelah perawatan standar dan istirahat. Risiko miokarditis meningkat secara substansial bagi mereka yang tertular COVID-19, dan vaksinasi adalah cara terbaik untuk melindunginya," jelas jubir tersebut.


Dan Apa Respon dari Pemerintah Indonesia Terkait dengan Temuan ini ? 


kasus miokarditis usai vaksinasi Moderna terbilang langka, jarang dilaporkan. Juru bicara vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan RI dr Siti Nadia Tarmizi menegaskan pemerintah tengah mengkaji temuan tersebut.


"Gejala ini kemarin juga sudah menjadi perhatian dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) Amerika," sebut dr Nadia saat dikonfirmasi detikcom Kamis (7/10/2021).


Terkait kemungkinan penundaan vaksinasi Moderna, Kemenkes menunggu kebijakan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) serta Indonesia Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI). Namun, ITAGI juga belum bisa memberikan keterangan lebih lanjut terkait temuan tersebut karena berkaitan dengan efek samping pasca vaksinasi.


"Mungkin dapat ditanyakan pada Komnas KIPI karena berhubungan dengan efek samping," jelas Ketua ITAGI, Prof Sri Rezeki Hadinegoro


Sementara Ketua Komnas KIPI Prof Hindra Irawan Satari belum segera menjawab pertanyaan detikcom hingga berita ini diturunkan. Namun, beberapa waktu lalu dirinya pernah mengutarakan efek samping vaksin Moderna yang dilaporkan masuk dalam kategori ringan dan mudah diatasi.


"Sebagian besar KIPI bersifat ringan dan singkat serta menghilang tanpa atau dengan pengobatan. Reaksi seseorang terhadap KIPI berbeda bergantung kepekaan masing-masing," tutur Prof Hindra.


Dan penjelasan tentang beredarnya kabar yang tak mengenakan terkait Vaksin Pfizer dan Moderna Yang Mengandung Babi, ini dia penuturan dari MUI, melalui laman resmi websitenya Mui.or.id


Disana tertuang bahwa, Vaskin Sinovac, Vaksin AstraZeneca dan Vaksin Pfizer sudah dilakukan sertifikasi kehalalan.


Untuk Vaksin Sinovac, MUI menetapkan bahwa vaksin ini halal. Sedangkan untuk Vaksin AstraZeneca dan Sinopharm, MUI menetapkan bahwa keduanya adalah haram.


"Namun demikian penggunaan keduanya adalah dibolehkan, karena kondisi yang mendesak, adanya risiko fatal jika tidak dilakukan vaksinasi, ketersedian vaksin Covid-19 yang halal tidak mencukupi, serta sulitnya mendapatkan dosis Vaksin Covid-19. Sedangkan untuk Vaksin Pfizer saat ini sedang dikaji MUI dan dalam waktu dekat segera akan difatwakan.


Sedangkan vaksin moderna didapatkan Pemerintah melalui jalur multilateral. Vaksin ini didapat secara gratis dengan fasilitas Covax/Gavi. Skemanya adalah WHO mendapatkan vaksin dari perusahaan vaksin, kemudian WHO membagikan vaksin tersebut ke negara-negara yang tergabung dalam Covac tersebut.


Dengan skema multilateral ini, untuk proses sertifikasi halal agak rumit dan panjang alurnya, karena Pemerintah tidak punya akses lagsung dengan perusahaan vaksin. Sehingga MUI pun tidak dapat mengakses data-data tentang bahan, proses produksi vaksin yang dapat dijadikan dasar dalam penetapan fatwa atas kehalalan produk vaksin Moderna," tutur MUI dilaman Resmi Websitenya.

Postingan Komentar

Lebih baru Lebih lama